KUMPULAN PUISI KEHIDUPAN

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kumpulan gambar Kata kata Sedih Dan Romantis

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kata Kata CinTa Buat SanG MantaN

kurindukan malam-malamku saat kau mengajakku ke dalam indah taman mimpi yg kau rajut dengan tulus kasihmu..

Salahkah Aku Mencintai Nya

Tuhan... Salahkah aku mencintai nya Rasa CiNta yg Begitu besar Pdanya Membuat aku merasa bahagia.

Cinta kita telah berakhir

Cerita cinta kita telah berakhir Tak ada lagi kisah yg tertulis Dalam lembaran diary Kini kosong tanpa coretan pena.

Kata Kata CinTa Buat SanG MantaN

kurindukan malam-malamku saat kau
mengajakku ke dalam indah taman mimpi yg
kau rajut dengan tulus kasihmu.

antara sedih seneng jngkl muak cinta benci
skit hati rindu kangen....bedany teramat
sangat tipis bgiku.

Tetesan embun pagi menyejukan raga namun
satu tetes cinta yg kau beri mampu sejukan nurani.

Kalau cinta mampu berbicara mungkin salam
rindu yg aku beri mampu kau pahami butirnya.

Sesering apapun aku bilang mau move on,
semakin susah juga aku ngelakuinnya...

aku menasehatimu bukan karena aku pintar ,
tapi karena aku pernah mengalaminya.

CINTA itu hanya AKU dan KAMU tidak ada
DIA baru akan menjadi KITA.

Terkadang kesulitan itu mengantarkan pada
hasil yg lebih baik dari apa yg kamu bayangkan Dalam hidup ini,
lakukkanlah apa yang kamu
anggap baik dan kamu cintai.

Selamat Pagi, selamat berhari minggu.

Mangfaatkanlah waktumu sebaik mungkin..

yang namanya ngelupain itu ngga pernah
gampang, apalagi ngelupain yang masih
disayang..

Gak selamanya yg kita harapkan itu indah..

cintailah aku setulus hatimu.
mencintaimu tak pernah kusesali, mski ku
jatuh berkali-kali kau ttp yg ku nanti..

jangan marah ketika aku salah, rangkul aku
agar aku bisa memperbaikinya sayang..

Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku tak
pernah selesai mendoakan keselamatanmu..

saat kamu ingin bertahan, aku mau menjadi
salah satu tempatmu untuk berpegangan..

Semoga apa yg aku berikan kepada mu, bisa
kamu terima dgn senang hati
sekuat apapun kau mencintaiku jika kau
masih mengingat dia lebih baik lepaskan
sajalah aku..

Ak hny brhrap km menyimpanku dlm bgian
hatimu yg pling dlm tuk slamany wlau kita
tak lg brsma...

Tak perlu kata-kata manis, perhatian kamu
saja sudah cukup menegaskan bahwa kamu
cinta aku..

saat kamu ingin bertahan, aku mau menjadi
salah satu tempatmu untuk berpegangan..

jangan prnah tangisi kepergianku untuk
slamanya..

Aku mencintaimu sepenuh hati, jika kau
ingin pergi. bawalah semua kenangan dan
luka ini..

Satu senyuman bisa mengubah keraguan
menjadi harapan..

Aku ingin menjadi alasan kenapa kamu
tersenyum, aku ingin menjadi motivasi
kamu, aku ingin menjadi seseorang yang
kamu pertahankan..

Jujur itu lebih baik walau kejujuranmu itu
mengungkap kenyataan yang menyakitkan...

dan selalu gue nyianyiain orang yang sayang
sama gue...

Ngejauh darimu membuat hati ini sesak..

tetap dekat denganmu itu semua malah
semakin membuat sakit dihatimu..

Kenanglah kenang, rindu yg mati karna terus
ditangisi, dimana ada cinta yg kentara wahai
kisah merah delima ku ..

Cinta cinta cinta pada dirimu.. Rindu rindu
rindu pada senyummu..

Sebesar apapun Rasa Cinta, Sayang & Rindu
ada waktunya akan sirna bila 1 pihak mulai
tak mempedulikan tentang rasa itu.
jgn syg sangat, jgn cinta sangat, jgn rindu
sangat, bila dah sakit hati nanti baru tahu
sakit amat sangat2..

Buah betik di luar pagar, Ambil galah tolong
jolokkan, Gua baru nak belajar bercinta,
Kalau salah tolong tunjukkan..

Dalam dingin angin yg membeku, hatiku
masih menanti mu. Usah ditanya mengapa
begitu, kerna takdir ku cinta padamu..

Kau nak itu ini, dia rindu, sayang dan cinta
dah bagi semua. Kau pulak kuat melayan, tak
hargai dia. Siapa bodoh? Kaulah
Seandainya cinta masih ad,seandainya rindu
masih setia,izinkn la ku kembali menghias
hidup mu:)
cerobong rindu kini tak lagi memberikan
kehangatan hanya menyisakan abu-abu
pembakaran rasa cinta.
Duhai angin...bawalah rinduku
pergi...terbang jauh menembus awan
kelabu..sampaikanlah..aku merindumu!
Ngapain berusaha bersama klo sudah ga
sehati,,,yg trcipta hanyalh mnyakiti...

Kabou Ma Ntoi

PACUAN KUDA ( PACOA JARA )

Pacuan Kuda atau dalam bahasa Bima disebut
“Pacoa Jara” tampaknya makin marak di Bima.
Paling tidak pacuan kuda diselenggarakan 2 kali
setahun, yaitu pada hari-hari besar seperti
Hari Proklamasi (Agustus) dan Hari Pemuda
(Oktober). Pacuan kuda ini dilaksanakan dalam
bentuk kejuaraan, bahkan melibatkan juga
peserta dari daerah lain, Dompu, Sumbawa,
hingga dari Lombok. Yang menarik, hadiah bagi
jawara pacuan kuda ini tidak sedikit, sehingga
banyak peminatnya. Hadiah pertama antara
lain sebuah sepeda motor + sepasang anak sapi
+ hadiah lainnya. Setiap peserta membayar
biaya pendaftaran sebesar Rp 150.000,- Jika
ternyata kalah dan keluar, peserta yang
penasaran bisa mendaftar lagi. Nah, untuk satu
periode pacuan, jumlah pendaftar ini bisa
mencapai 800 hingga 1000 peserta! Selain di
Panda, arena pacuan ada juga di kota Bima dan
di sila

NTUMBU ( ADU KEPALA )
Salah satu budaya bima yang masih bertahan
dan terus dikembnangkan adalah adu kepala.
Buaya dan sekalugus keseniaan ini berlokasi di
Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Tradisi yang
sudah berumur sama dengan keberadaan
daerah bima ini tidak sembarang orang dapat
memainkannya. Hal ini karena perlu dipelajari
secara serius dan mendalam melalui seorang
guru. Sehingga tidak heran, hanya terdiri dari
beberapa orang saja yang mampu memerankan
tradisi tersebut. Belum lama ini digelar budaya
adu kepala di halaman Kantor Bupati Bima dan
mendapat prehatian luas dari masyarakat,
termasuk turis manca negara...

KALEMBO MENA ADE...

Adat bima

TEMBE MUNA
Tenun Ikat Bima pernah dikenakan oleh
Kepala-Kepala Negara pada Pertemuan APEC di
Bali beberapa Tahun Lalu. Termasuk dikenakan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
saat menyampaikan Visi Misinya sebagai Calon
Presiden di hadapan Anggota KADIN pada
Pemilu Pilpres Tahun 2009. Hal ini tentunya
menjadi sebuah kebanggan bahwa daerah kecil
di ujung timur NTB ini memiliki segudang
potensi alam dan budaya yang perlu
dikembangkan.
Secara umum busana atau pakaian adat Bima
hampir sama dengan Sulawesi Selatan. Hal itu
diperkuat dengan ikatan sejarah bahwa Bima
dengan Makasar, Gowa, Bone dan Tallo itu
memiliki hubungan dan ikatan kekeluargaan
serta kekerabatan. Proses pembauran dan
asimilasi budaya itu telah berlangsung lama
dan mempengaruhi juga cara berbusana dan
motif busana yang dikenakan. Meskipun ada
beberapa perbedaan antara busana adat Bima
dengan Sulawesi Selatan.
Warna yang menonjol dalam pakaian adat Bima
antara lain hitam, biru tua, coklat, merah dan
kemerah-merahan serta putih. Untuk pakaian
wanita memakai kain sarung kotak-kotak yang
dikenal dengan sebutan Tembe Lombo.
Disamping pakaian sehari-hari pakaian adat
juga diatur oleh pihak Kesultanan. Yang diatur
oleh Majelis Adat yang disebut KANI SARA.
Prosedur dan Tata Cara pemakaiannya pun
telah diatur dalam ketetapan Hadat.
Menurut Muslimin Hamzah ada empat
golongan pakaian adat sehari-hari masyarakat
Bima. Pertama, pakaian yang digunakan secara
umum sebagai pakaian harian atau pakaian
untuk acara resmi. Kedua, pakaian Dinas Para
Pejabat Kesultanan. Ketiga, Pakaian Pengantin,
baik yang dipakai oleh golongan bangsawan,
golongan menengah, maupun golongan
masyarakat umum termasuk pakaian untuk
khitanan. Keempat, Pakaian Penari.
Dalam kehidupan sehari-hari orang Bima
mempunyai pakaian sendiri. Khusus untuk
wanita meliputi Baju Poro. Baju ini terbuat
dari kain yang agak tipis tetapi tidak tembus
pandang. Umumnya berwarna biru tua, hitam,
coklat tua dan ungu. Bagi gadis-gadis Bima
biasanya memakai warna ungu atau coklat tua.
Para wanita pun memakai aneka perhiasan
seperti gelang, anting dan lain-lain. Namun
terlarang untuk memakai secara berlebihan.
Kaum Pria mempunyai pakaian sehari-hari yang
khas. Yang lazim adalah Sambolo atau Ikat
Kepala. Umumnya bercorak kotak-kotak dan
dihiasi tenunan benang perak/emas. Terkadang
lelaki memakai baju kemeja atau baju lengan
pendek atau jas tutup dengan warna putih atau
hitam atau warna cerah lainnya. Untuk sarung
biasanya memakai sarung pelekat yang dikenal
dengan nama Tembe Kota Bali Mpida yang
bercorak Kotak-kotak atau memaki Tembe
Nggoli yang pemakaiannya agak panjang atau
terjurai pada bagian depannya.
Untuk hiasan kaum pria memakai Salampe,
sejenis dodot yang dililitkan dipinggang.
Biasanya salampe berwarna dasar kuning,
merah, hijau dan putih. Bagi orang dewasa
biasanya menyelipkan pisau pada lilitan
Salampe. Letaknya agak ke kiri pusar,
sedangkan hulunya agak terjurai ke kanan.
Pakaian dan busana adat Bima sangat banyak.
Ini adalah kekayaan dan kearifan masa silam
yang seharusnya dipertahankan dari terpaan
arus globalisasi saat ini. Hanya beberapa saja
yang masih dapat dilihat dan diperagakan
hingga saat ini. Perlu ada upaya serius untuk
melestarikan dengan berbagai kebijakan
Pemerintah Daerah agar pakaian adapt ini tidak
punah ditelan arus zaman. Perlu ad aide kreatif
untuk mempertahankannya misalanya dengan
menggelar Show Busana Adat Bima atau
menetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
pelestarian Pakaian Adat Bima. (Sumber
Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah)
Category: Budaya Bima | Leave a Comment
Rimpu Author: nhyae Aug 11
1
Budaya Rimpu Mbojo di persimpangan
Jaman
Posted Filed under Blogger Contest
Tak kala saya
masih kecil dan hidup di sebuah pedesaan di
kabupaten bima tepat nya di kecematan BELO
(desa tonggorisa) saya sangat senang sekali
dengan keadaan desa yang begitu damai
tentram dan sejahtera. Hampir setiap hari saya
jarang sekali melihat muka para kaum hawa
(bukannya saya buta) dan tidak ada bagian
tubuhnya yang seksi kelihatan sama sekali ini
semua dikarenakan mereka memakai cadar ala
ninja atau kalau orang BIMA bilang Rimpu
mbojo (sarung yang dipakai persis ninja) dan
saya sangat senang sekali melihat hal ini semua
dan ini sudah menjadi budaya bima karena
kemana-mana mereka selalu memakainya.
Namun setelah saya dan keluarga pindah ke
KOTA BIMA saya pun masih melihat kaum hawa
yang memakai RIMPU.(kalau teman yang belum
tahu bima sedikit saya kasih tahu kalau bima
itu merupaka daerah yang ada di Pulau
sumbawa dan masuk Kedalam Propinsi NTB)
Namun perjalanan Roda Jaman memang terlalu
cepat berputar pengaruh modernisasi dan
trend masa kini telah melanda daerah ku
tercinta (BIMA) ini terlihat dari corak dan
mode yang di pakai kaum hawa saat ini..saya
seperti melihat suatu pemandangan yang luar
biasa berubahnya karena di kota ini kaum
hawa kelihatan seperti manusia yang tidak
memakai baju karena liuk-liuk tubuhnya yang
seksi kelihatan sangat jelas dan tentu saja ini
bisa menimbulkan birahi kaum adam apalgi
bagi si lelaki buaya ini merupakan lahan yang
basah untuk di pelototi. Ini semua adalah
korban dari keganasan jaman yang makin
moderen dan dibarengi dengan si Pelaku yang
tidak mau menyaring serta mengklarifikasi dulu
apa ini baik atau tidak apa ini bertentangan
dengan budaya atau tidak dan lebih dengan
ketentuan agama. Namun ini semua telah
terjadi dan budaya RIMPU tinggalah kenangan
saja karena kaum hawa sekarang ini tidak lagi
begitu mau mengikuti saran dan kata-kata
orang tua kalau dilarang pasti di jawabnya
seperti ini “ini kan jaman moderen kalau pakai
rimpu tidak gaul gitu” (kata ini pernah saya
dengar karena yang bilang masih kerabat jauh
saya!!! Tapi alhamdulillah sekarang walaupun
tidak memakai rimpu dia mengganti dengan
Jilbaber) inilah salah satu contoh yang bisa
menyebabkan budaya itu runtuh karena anak
cucu tidak mau mengikuti saran-saran dari
orang tua atau dewasa..dan lebih kejamnya lagi
karena pengaruh modernisasi bukan saja
melanda kota yang baru saya tempati tapi udah
merembes ke desa yang pernah saya tinggal
dulu dan didesa hanya sebagian kaum hawa aja
yang masih bertahan untuk memakai rimpu
tersebut yaitu hanya ibu-ibu dan nenek-nenek
saja. Melihat dari fenoma ini pengaruh
modernisasi itu bisa masuk lewat:
1.Orang bule yang suka jalan pakai baju dalam
aja
2.Karena kebanyakan nonton sinetron anak
muda atau ABG
3.Karena tidak mau di bilang ketinggalan jaman
4.DLL
Semoga ada para kaum hawa dari daerah saya
yang nyasar ke blog ini dan membaca tulisan
ini dan merenungi kembali akan budaya RIMPU
yang hamper punah ini…

semoga Artikel yg sya Post ini bisa bermanfaat buat Agan smua..

kalembo mena ade...!!!

Adat bima

TEMBE MUNA
Tenun Ikat Bima pernah dikenakan oleh
Kepala-Kepala Negara pada Pertemuan APEC di
Bali beberapa Tahun Lalu. Termasuk dikenakan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
saat menyampaikan Visi Misinya sebagai Calon
Presiden di hadapan Anggota KADIN pada
Pemilu Pilpres Tahun 2009. Hal ini tentunya
menjadi sebuah kebanggan bahwa daerah kecil
di ujung timur NTB ini memiliki segudang
potensi alam dan budaya yang perlu
dikembangkan.
Secara umum busana atau pakaian adat Bima
hampir sama dengan Sulawesi Selatan. Hal itu
diperkuat dengan ikatan sejarah bahwa Bima
dengan Makasar, Gowa, Bone dan Tallo itu
memiliki hubungan dan ikatan kekeluargaan
serta kekerabatan. Proses pembauran dan
asimilasi budaya itu telah berlangsung lama
dan mempengaruhi juga cara berbusana dan
motif busana yang dikenakan. Meskipun ada
beberapa perbedaan antara busana adat Bima
dengan Sulawesi Selatan.
Warna yang menonjol dalam pakaian adat Bima
antara lain hitam, biru tua, coklat, merah dan
kemerah-merahan serta putih. Untuk pakaian
wanita memakai kain sarung kotak-kotak yang
dikenal dengan sebutan Tembe Lombo.
Disamping pakaian sehari-hari pakaian adat
juga diatur oleh pihak Kesultanan. Yang diatur
oleh Majelis Adat yang disebut KANI SARA.
Prosedur dan Tata Cara pemakaiannya pun
telah diatur dalam ketetapan Hadat.
Menurut Muslimin Hamzah ada empat
golongan pakaian adat sehari-hari masyarakat
Bima. Pertama, pakaian yang digunakan secara
umum sebagai pakaian harian atau pakaian
untuk acara resmi. Kedua, pakaian Dinas Para
Pejabat Kesultanan. Ketiga, Pakaian Pengantin,
baik yang dipakai oleh golongan bangsawan,
golongan menengah, maupun golongan
masyarakat umum termasuk pakaian untuk
khitanan. Keempat, Pakaian Penari.
Dalam kehidupan sehari-hari orang Bima
mempunyai pakaian sendiri. Khusus untuk
wanita meliputi Baju Poro. Baju ini terbuat
dari kain yang agak tipis tetapi tidak tembus
pandang. Umumnya berwarna biru tua, hitam,
coklat tua dan ungu. Bagi gadis-gadis Bima
biasanya memakai warna ungu atau coklat tua.
Para wanita pun memakai aneka perhiasan
seperti gelang, anting dan lain-lain. Namun
terlarang untuk memakai secara berlebihan.
Kaum Pria mempunyai pakaian sehari-hari yang
khas. Yang lazim adalah Sambolo atau Ikat
Kepala. Umumnya bercorak kotak-kotak dan
dihiasi tenunan benang perak/emas. Terkadang
lelaki memakai baju kemeja atau baju lengan
pendek atau jas tutup dengan warna putih atau
hitam atau warna cerah lainnya. Untuk sarung
biasanya memakai sarung pelekat yang dikenal
dengan nama Tembe Kota Bali Mpida yang
bercorak Kotak-kotak atau memaki Tembe
Nggoli yang pemakaiannya agak panjang atau
terjurai pada bagian depannya.
Untuk hiasan kaum pria memakai Salampe,
sejenis dodot yang dililitkan dipinggang.
Biasanya salampe berwarna dasar kuning,
merah, hijau dan putih. Bagi orang dewasa
biasanya menyelipkan pisau pada lilitan
Salampe. Letaknya agak ke kiri pusar,
sedangkan hulunya agak terjurai ke kanan.
Pakaian dan busana adat Bima sangat banyak.
Ini adalah kekayaan dan kearifan masa silam
yang seharusnya dipertahankan dari terpaan
arus globalisasi saat ini. Hanya beberapa saja
yang masih dapat dilihat dan diperagakan
hingga saat ini. Perlu ada upaya serius untuk
melestarikan dengan berbagai kebijakan
Pemerintah Daerah agar pakaian adapt ini tidak
punah ditelan arus zaman. Perlu ad aide kreatif
untuk mempertahankannya misalanya dengan
menggelar Show Busana Adat Bima atau
menetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
pelestarian Pakaian Adat Bima. (Sumber
Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah)
Category: Budaya Bima | Leave a Comment
Rimpu Author: nhyae Aug 11
1
Budaya Rimpu Mbojo di persimpangan
Jaman
Posted Filed under Blogger Contest
Tak kala saya
masih kecil dan hidup di sebuah pedesaan di
kabupaten bima tepat nya di kecematan BELO
(desa tonggorisa) saya sangat senang sekali
dengan keadaan desa yang begitu damai
tentram dan sejahtera. Hampir setiap hari saya
jarang sekali melihat muka para kaum hawa
(bukannya saya buta) dan tidak ada bagian
tubuhnya yang seksi kelihatan sama sekali ini
semua dikarenakan mereka memakai cadar ala
ninja atau kalau orang BIMA bilang Rimpu
mbojo (sarung yang dipakai persis ninja) dan
saya sangat senang sekali melihat hal ini semua
dan ini sudah menjadi budaya bima karena
kemana-mana mereka selalu memakainya.
Namun setelah saya dan keluarga pindah ke
KOTA BIMA saya pun masih melihat kaum hawa
yang memakai RIMPU.(kalau teman yang belum
tahu bima sedikit saya kasih tahu kalau bima
itu merupaka daerah yang ada di Pulau
sumbawa dan masuk Kedalam Propinsi NTB)
Namun perjalanan Roda Jaman memang terlalu
cepat berputar pengaruh modernisasi dan
trend masa kini telah melanda daerah ku
tercinta (BIMA) ini terlihat dari corak dan
mode yang di pakai kaum hawa saat ini..saya
seperti melihat suatu pemandangan yang luar
biasa berubahnya karena di kota ini kaum
hawa kelihatan seperti manusia yang tidak
memakai baju karena liuk-liuk tubuhnya yang
seksi kelihatan sangat jelas dan tentu saja ini
bisa menimbulkan birahi kaum adam apalgi
bagi si lelaki buaya ini merupakan lahan yang
basah untuk di pelototi. Ini semua adalah
korban dari keganasan jaman yang makin
moderen dan dibarengi dengan si Pelaku yang
tidak mau menyaring serta mengklarifikasi dulu
apa ini baik atau tidak apa ini bertentangan
dengan budaya atau tidak dan lebih dengan
ketentuan agama. Namun ini semua telah
terjadi dan budaya RIMPU tinggalah kenangan
saja karena kaum hawa sekarang ini tidak lagi
begitu mau mengikuti saran dan kata-kata
orang tua kalau dilarang pasti di jawabnya
seperti ini “ini kan jaman moderen kalau pakai
rimpu tidak gaul gitu” (kata ini pernah saya
dengar karena yang bilang masih kerabat jauh
saya!!! Tapi alhamdulillah sekarang walaupun
tidak memakai rimpu dia mengganti dengan
Jilbaber) inilah salah satu contoh yang bisa
menyebabkan budaya itu runtuh karena anak
cucu tidak mau mengikuti saran-saran dari
orang tua atau dewasa..dan lebih kejamnya lagi
karena pengaruh modernisasi bukan saja
melanda kota yang baru saya tempati tapi udah
merembes ke desa yang pernah saya tinggal
dulu dan didesa hanya sebagian kaum hawa aja
yang masih bertahan untuk memakai rimpu
tersebut yaitu hanya ibu-ibu dan nenek-nenek
saja. Melihat dari fenoma ini pengaruh
modernisasi itu bisa masuk lewat:
1.Orang bule yang suka jalan pakai baju dalam
aja
2.Karena kebanyakan nonton sinetron anak
muda atau ABG
3.Karena tidak mau di bilang ketinggalan jaman
4.DLL
Semoga ada para kaum hawa dari daerah saya
yang nyasar ke blog ini dan membaca tulisan
ini dan merenungi kembali akan budaya RIMPU
yang hamper punah ini…

semoga Artikel yg sya Post ini bisa bermanfaat buat Agan smua..

kalembo mena ade...!!!

Adat bima

TEMBE MUNA
Tenun Ikat Bima pernah dikenakan oleh
Kepala-Kepala Negara pada Pertemuan APEC di
Bali beberapa Tahun Lalu. Termasuk dikenakan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
saat menyampaikan Visi Misinya sebagai Calon
Presiden di hadapan Anggota KADIN pada
Pemilu Pilpres Tahun 2009. Hal ini tentunya
menjadi sebuah kebanggan bahwa daerah kecil
di ujung timur NTB ini memiliki segudang
potensi alam dan budaya yang perlu
dikembangkan.
Secara umum busana atau pakaian adat Bima
hampir sama dengan Sulawesi Selatan. Hal itu
diperkuat dengan ikatan sejarah bahwa Bima
dengan Makasar, Gowa, Bone dan Tallo itu
memiliki hubungan dan ikatan kekeluargaan
serta kekerabatan. Proses pembauran dan
asimilasi budaya itu telah berlangsung lama
dan mempengaruhi juga cara berbusana dan
motif busana yang dikenakan. Meskipun ada
beberapa perbedaan antara busana adat Bima
dengan Sulawesi Selatan.
Warna yang menonjol dalam pakaian adat Bima
antara lain hitam, biru tua, coklat, merah dan
kemerah-merahan serta putih. Untuk pakaian
wanita memakai kain sarung kotak-kotak yang
dikenal dengan sebutan Tembe Lombo.
Disamping pakaian sehari-hari pakaian adat
juga diatur oleh pihak Kesultanan. Yang diatur
oleh Majelis Adat yang disebut KANI SARA.
Prosedur dan Tata Cara pemakaiannya pun
telah diatur dalam ketetapan Hadat.
Menurut Muslimin Hamzah ada empat
golongan pakaian adat sehari-hari masyarakat
Bima. Pertama, pakaian yang digunakan secara
umum sebagai pakaian harian atau pakaian
untuk acara resmi. Kedua, pakaian Dinas Para
Pejabat Kesultanan. Ketiga, Pakaian Pengantin,
baik yang dipakai oleh golongan bangsawan,
golongan menengah, maupun golongan
masyarakat umum termasuk pakaian untuk
khitanan. Keempat, Pakaian Penari.
Dalam kehidupan sehari-hari orang Bima
mempunyai pakaian sendiri. Khusus untuk
wanita meliputi Baju Poro. Baju ini terbuat
dari kain yang agak tipis tetapi tidak tembus
pandang. Umumnya berwarna biru tua, hitam,
coklat tua dan ungu. Bagi gadis-gadis Bima
biasanya memakai warna ungu atau coklat tua.
Para wanita pun memakai aneka perhiasan
seperti gelang, anting dan lain-lain. Namun
terlarang untuk memakai secara berlebihan.
Kaum Pria mempunyai pakaian sehari-hari yang
khas. Yang lazim adalah Sambolo atau Ikat
Kepala. Umumnya bercorak kotak-kotak dan
dihiasi tenunan benang perak/emas. Terkadang
lelaki memakai baju kemeja atau baju lengan
pendek atau jas tutup dengan warna putih atau
hitam atau warna cerah lainnya. Untuk sarung
biasanya memakai sarung pelekat yang dikenal
dengan nama Tembe Kota Bali Mpida yang
bercorak Kotak-kotak atau memaki Tembe
Nggoli yang pemakaiannya agak panjang atau
terjurai pada bagian depannya.
Untuk hiasan kaum pria memakai Salampe,
sejenis dodot yang dililitkan dipinggang.
Biasanya salampe berwarna dasar kuning,
merah, hijau dan putih. Bagi orang dewasa
biasanya menyelipkan pisau pada lilitan
Salampe. Letaknya agak ke kiri pusar,
sedangkan hulunya agak terjurai ke kanan.
Pakaian dan busana adat Bima sangat banyak.
Ini adalah kekayaan dan kearifan masa silam
yang seharusnya dipertahankan dari terpaan
arus globalisasi saat ini. Hanya beberapa saja
yang masih dapat dilihat dan diperagakan
hingga saat ini. Perlu ada upaya serius untuk
melestarikan dengan berbagai kebijakan
Pemerintah Daerah agar pakaian adapt ini tidak
punah ditelan arus zaman. Perlu ad aide kreatif
untuk mempertahankannya misalanya dengan
menggelar Show Busana Adat Bima atau
menetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
pelestarian Pakaian Adat Bima. (Sumber
Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah)
Category: Budaya Bima | Leave a Comment
Rimpu Author: nhyae Aug 11
1
Budaya Rimpu Mbojo di persimpangan
Jaman
Posted Filed under Blogger Contest
Tak kala saya
masih kecil dan hidup di sebuah pedesaan di
kabupaten bima tepat nya di kecematan BELO
(desa tonggorisa) saya sangat senang sekali
dengan keadaan desa yang begitu damai
tentram dan sejahtera. Hampir setiap hari saya
jarang sekali melihat muka para kaum hawa
(bukannya saya buta) dan tidak ada bagian
tubuhnya yang seksi kelihatan sama sekali ini
semua dikarenakan mereka memakai cadar ala
ninja atau kalau orang BIMA bilang Rimpu
mbojo (sarung yang dipakai persis ninja) dan
saya sangat senang sekali melihat hal ini semua
dan ini sudah menjadi budaya bima karena
kemana-mana mereka selalu memakainya.
Namun setelah saya dan keluarga pindah ke
KOTA BIMA saya pun masih melihat kaum hawa
yang memakai RIMPU.(kalau teman yang belum
tahu bima sedikit saya kasih tahu kalau bima
itu merupaka daerah yang ada di Pulau
sumbawa dan masuk Kedalam Propinsi NTB)
Namun perjalanan Roda Jaman memang terlalu
cepat berputar pengaruh modernisasi dan
trend masa kini telah melanda daerah ku
tercinta (BIMA) ini terlihat dari corak dan
mode yang di pakai kaum hawa saat ini..saya
seperti melihat suatu pemandangan yang luar
biasa berubahnya karena di kota ini kaum
hawa kelihatan seperti manusia yang tidak
memakai baju karena liuk-liuk tubuhnya yang
seksi kelihatan sangat jelas dan tentu saja ini
bisa menimbulkan birahi kaum adam apalgi
bagi si lelaki buaya ini merupakan lahan yang
basah untuk di pelototi. Ini semua adalah
korban dari keganasan jaman yang makin
moderen dan dibarengi dengan si Pelaku yang
tidak mau menyaring serta mengklarifikasi dulu
apa ini baik atau tidak apa ini bertentangan
dengan budaya atau tidak dan lebih dengan
ketentuan agama. Namun ini semua telah
terjadi dan budaya RIMPU tinggalah kenangan
saja karena kaum hawa sekarang ini tidak lagi
begitu mau mengikuti saran dan kata-kata
orang tua kalau dilarang pasti di jawabnya
seperti ini “ini kan jaman moderen kalau pakai
rimpu tidak gaul gitu” (kata ini pernah saya
dengar karena yang bilang masih kerabat jauh
saya!!! Tapi alhamdulillah sekarang walaupun
tidak memakai rimpu dia mengganti dengan
Jilbaber) inilah salah satu contoh yang bisa
menyebabkan budaya itu runtuh karena anak
cucu tidak mau mengikuti saran-saran dari
orang tua atau dewasa..dan lebih kejamnya lagi
karena pengaruh modernisasi bukan saja
melanda kota yang baru saya tempati tapi udah
merembes ke desa yang pernah saya tinggal
dulu dan didesa hanya sebagian kaum hawa aja
yang masih bertahan untuk memakai rimpu
tersebut yaitu hanya ibu-ibu dan nenek-nenek
saja. Melihat dari fenoma ini pengaruh
modernisasi itu bisa masuk lewat:
1.Orang bule yang suka jalan pakai baju dalam
aja
2.Karena kebanyakan nonton sinetron anak
muda atau ABG
3.Karena tidak mau di bilang ketinggalan jaman
4.DLL
Semoga ada para kaum hawa dari daerah saya
yang nyasar ke blog ini dan membaca tulisan
ini dan merenungi kembali akan budaya RIMPU
yang hamper punah ini…

semoga Artikel yg sya Post ini bisa bermanfaat buat Agan smua..

kalembo mena ade...!!!